KARYA TULIS ILMIAH
PERBEDAAN POLA
ATAU GAYA HIDUP
MASYARAKAT
PEDESAAN DAN PERKOTAAN
Karya Tulis
Disusun
Dan Diajukan
Dalam Rangka Tugas Akhir
Mata Pelajaran
Muatan Lokal
OLEH :
MUSDALIFAH
MANDASARI
XI IPS A
DYAH NIMAS
HAPSARI
XI IPS A
PEMERINTAH KOTA MAKASSAR
DINAS
PENDIDIKAN
SMA NEG. 03 MAKASSAR
2 0 0 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pola hidup adalah gaya
hidup seorang yang sering dilakukan masyarakat dalam satu lingkungannya.
Masyarakat di daerah perkotaan memiliki banyak perbedaan dimulai dari gaya berpakaian tutur
bahasa dan lain-lainnya.
Jika kita melihat gaya berpakaian
masyarakat kota selalu ingin mengikuti seiring
perkembangan zaman, tetapi gaya berpakaian di
daerah pedesaan berbanding terbalik dengan gaya berpakaian didaerah perkotaan. Seperti
itu pula tutur bahasa didaerah pedesaan.
Selaian gaya
berpakaian dan tutur kata masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan.
Akitivitas dan pemfikiran masyarakat perkotaan dan pedesaan memiliki suatu
perbedaan mungkin ini pula disebabkan akibat lapangan pekerjaan dan letak
dipedesaan yangt tidak strategis. Tetapi apakah masyarakat dipedesaan bisa
mengikuti modernisasi masyarakat diperkotaan ?.
B. Rumusan
masalah :
1.
apakah perbedaan masyarakat dipedesaan dan masyarakat
diperkotaan ?
2.
apakah masyarakat dipedesaan selalu ingin mengikuti gaya hidup dimodernisasi
saat ini ?
3.
apakah aktivitas masyarakat pedesaan memiliki persamaan
dan perbedaan dendan masyarakat perkotaan ?
C. Tujuan
penelitian :
1.mengetahui perbedaan masyarakat
dipedesaan dan masyarakat perkotaan.
2.mengetahui sejauh mana masyarakat
pedesaan dan perkotaan mengikuti perkembangan zaman .
3.mengetahui perbedaan dan persamaan
aktivitas masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan.
D. Manfaat
penelitian :
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah ada, maka diharapkan penelitian
ini
dapat bermanfaat :
1.
Bagi siswa :
Siswa dapat menjadikan pembelajaran dan menambah
pengetahuan tentang perbedaan pola hidup atau gaya hidup masyarakat pedesaan dan masyarakat
diperkotaan.
2.
Bagi guru :
Guru- guru dapat dapat menjadikan
bahan pembelajaran tentang perbedaan pola hidup atau gaya hidup masrakat pedesaan dan masyarakat
di perkotaan.
3.
Bagi masyarakat :
Masyarakat akan menjadikan sebagai pembanding antara
masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan,
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Keadaan di daerah pedesaan dan di perkotaan
Kota
adalah tempat dimana pusat dari segala
kegiatan ( aktivitas ) yang telah dilakukan oleh manusia , baik di bidang
perekonomian, dan di bidang pendidikan. mungkin ini pula diakibatkan di
perkotaan adalah tempat yang strategis, mala dari itu lah kota adalah tempat yang sangat ramai.dan
sangat berbanding terbalik dengan keadaan di pedesaan.
Karena kota
adalah tempat dari segala kegiatan, maka banyak masyarakat di daerah perkotaan,
bertempat tinggal di kota.
Masyarakat pedesaan merasa bahwa lapangan pekerjaan di daerah pedesaan sangat
sempit dan hanya dapat bertani dan berlayar. Dan proses belajar dan mengajar
dipedesaan kurang maju di bandingkan di daerah perkotaan.
1. Kebiasaan di daerah perkotaan
a. kesehatan
(penyakit) orang perkotaan
Ternyata masih ada orang kota yang kurang darah
(anemia), selain mengalami gangguan jiwa psikosomatis, darah tinggi, kencing
manis, lemak darah tinggi, dan tingginya calon penderita kencing manis
(prediabetes). Penyebabnya dipicu kesibukan dan kurang berolahraga.
Apa sikap menyimak seperti itu ?
Pertama, bahwa kebanyakan orang yang
hidup di perkotaan didera oleh sejumlah penyakit yang sebetulnya tidak perlu
mereka alami. Kesalahan terjadi karena selain dipicu oleh kondisi lingkungan
perkotaan yang spesifik, juga penerapan pola hidup yang kurang sehat. Kedua,
bagaimana kondisi itu disiasati agar seminimal mungkin sisa keburukannya
berpengaruh terhadap sosok kesehatan
Caranya ?
Jangan diperbudak oleh waktu. Hampir
sebagian orang perkotaan, khususnya Jakarta,
tidak sarapan dulu sebelum beraragkat ke tempat kerja. Sebagian bukan saja
menunda, melainkan tidak sarapan sampai waktu makan siang.Alasannya tidak cukup
waktu, selain kekurangan waktu untuk menyiapkan sarapan pagi. Pulang sudah
malam, dan harus berangkat lebih pagi agar tidak terlambat tiba di sekolah atau
tempat kerja. Perlu waktu harus mengantar anak sekolah dulu, mempersiapkan yang
lain,. sehingga sarapan terkalahkan.Apa arti tidak sarapan? Jika hanya sekali
dua kali tidak sarapan mungkin tidak sampai mengganggu. Namun, bila untuk waktu
lama orang tidak membiasakan diri sarapan, bukan saja badan kian susut, sel-sel
tubuh lama-kelamaan tidak menerima kecukupan nutrisi untuk melakukan fungsinya
secara optimal.
Saat bangun tidur pagi hari, perut sudah mengalami masa berpuasa selama
hampir 12 jam apabila makan malam pukul 19.00. Bila kondisi perut kosong itu
tidak diisi pada waktunya sarapan, kekosongan nutrisi dan energi berlangsung
lebih lama
b. Sehat
perlu niat .
Pola konsumsi menu restoran dan menu
jajanan yang dikonsumsi rata-rata orang perkotaan, juga ikut memicu tingginya
asam urat dalam darah, dengan segala akibatnya. Kita tahu asam urat yang tinggi
dalam darah selain berpotensi memunculkan encok urat, juga berdampak buruk
terhadap kencing manis dan penyakit pembuluh darah yang mungkin sebelumnya
sudah di hadapi.
Selain bikin encok, asam urat yang tinggi dalam darah juga berpotensi
membentuk "batu urat", sehingga muncul penyakit kencingg batu. Berapa
harga yang mesti dibayar kalau operasi baty ginjal?
Pola makan serba boros lemak, royal
gula, serba asin garam dapur, buruk pengaruhnya terhadap tubuh. Rata-rata orang
perkotaan yang langganan makan di restoran atau warung makan, cenderung menjadi
kelebihan berat badan. Dari penelitian di atas terungkap pula kalau angka asam
urat tinggi mereka ternyata seiring dengan peningkatan Berat badan .
c. Kebiasaan
di daerah pedesaan
Masyarakat pedesaan sama seperti masyarakat perkotaan yang kurang
mengerti akan pola hidup yang sehat.sebelum melakukan aktivitasnya di pagi hari
ia tidak “sarapan pagi”. padahal masyarakat desa pun tidak dikejar oleh waktu.
Bagaimana tidak kalau masyarakat pedesaan hanya bertani. Dan sebagian besar itu
adalah usaha yang mereka punya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kalau pun
mereka memiliki suatu kegiatan yang sangat mendesak, mereka pasti akan
melakukan sarapan pagi, karena sarapan pagi merupakan kebiasaan yang harus
dilakukan.
2. Gaya
berpakaian di daerah perkotaan
Masyarakat di perkotaan selalu ingin
mengikuti perkembangan zaman di era
modernisasi ini. Baik dari yang mudah mau pun yang telah berumur. Sebagian dari
orang tua yang bertempat tinggal di daerah perkotaan selalu ingin mengikuti
fasion yang telah tren di era modern ini , tetapi masih ada juga orang tua yang
tidak terlalu memikirkan model- model berpakaian yang banyak di minati oleh masyarakat. Saat ini. Tetapi di kalangan muda selalu ingin
mengikuti tren saat ini. Karena mereka takut di katakana kampungan.
a. Fasion
desain majalah
Mempromosikan Kecantikan, (sejarah
)fashion dan Budaya Kota
Urban fashion desain majalah ini dibuat untuk memenuhi
kebutuhan hip-hop keramaian. Fashions ini lahir dari gaya
dikenakan oleh Amerika dan rappers hip hop dan gaya
ini membawa ke kota
pemuda dan budaya Afro Amerika. Yang bernama “gangsta rapperns”
Popularitas perkotaan musik ini sangat berpengaruh dan perkotaan yang
sangat luas fashion desain majalah harus menukarkan uang yang besar sapi. Hip
hop berasal gaya pakaian di kawasan Bronx New York dikenal sebagai East Coast
untuk gaya rap, kemudian branched out ke Los Angeles
- West Coast, Chicago (pertengahan barat), Filadelfia, dan East Bay (San Francisco) dan
"kotor selatan."
Pada awal tahun 1980-an seperti mode perusahaan besar seperti Nike,
Kangol, Le Coq terkait dengan cepat dan Adidas sendiri ke generasi hip-hop
melalui olahragawan. Hairstyles seperti Jheri curl dan tinggi atas populer oleh
beberapa aktor seperti Will Smith ditambahkan ke mode menggila.
Pada tahun 1990-an seperti fashions dari rap gansta dibawa Dickies,
sebuah Fort Worth, Texas perusahaan desain pakaian dalam
celana, kaos, dan jaket. Bisbol caps juga dalam rentang
tahun 1980-an dan sepanjang tahun 1990-an dengan celana baggy , yang
menampilkan pakaian dalam laki-laki di bawah hip hop dan rap seniman.
Walaupun musik tradisional dan bintang Hollywood di mana chic dan classy, dan hip hop rappers seniman telah dibebankan dan kembali ke bumi di bawah pakaian mereka selera dan gaya. Para seniman diaspal jalan untuk anak-anak muda perkotaan dalam gaya berpakaian mereka yang cocok dan tidak orang tua mereka sebelum mereka. Bahkan Hollywood seperti sebagai desainer Issac Mizrahi, yang terinspirasi oleh gerakan hip-hop.
Walaupun musik tradisional dan bintang Hollywood di mana chic dan classy, dan hip hop rappers seniman telah dibebankan dan kembali ke bumi di bawah pakaian mereka selera dan gaya. Para seniman diaspal jalan untuk anak-anak muda perkotaan dalam gaya berpakaian mereka yang cocok dan tidak orang tua mereka sebelum mereka. Bahkan Hollywood seperti sebagai desainer Issac Mizrahi, yang terinspirasi oleh gerakan hip-hop.
b.
Anak kota
punya gaya
Media massa dan industri menciptakan
"kebutuhan" anak muda demi kepentingan pasar, yang
dikampanyekan sebagai cara bagi anak-anak muda untuk keluar dari
identitas yang diinginkan oleh orang tua. Akhirnya budaya anak muda sangat
identik dengan penampilan sebagai representasi identitas. Budaya anak muda
adalah fesyen, musik dan pesta. Dan tentu, anak-anak muda di kota adalah kelompok yang memiliki akses
paling terbuka ke sumber informasi. Mereka memungut informasi di mana saja,
dari televisi, majalah, radio bahkan sobekan poster di pinggir jalan. Mereka
punya kesempatan untuk memanfaatkan waktu luang di pusat-pusat perbelanjaan,
tempat hiburan dan ruang-ruang publik yang memungkinkan mereka untuk melakukan
interaksi dan pertukaran informasi.
Anak muda di kota
selalu punya cara untuk tampil beda. Meski tidak selalu orisinil, karena banyak
mengadopsi gaya selebritis yang mereka lihat di
majalah dan televisi, tapi anak kota
selalu berusaha untuk terus memperbaharui penampilannya. Yang disebut
penampilan, bukan saja apa yang melekat pada tubuh semata, melainkan juga
bagaimana keseluruhan "potensi" dalam diri memungkinkan mereka
untuk menampilkan citra diri tertentu. Dan bahasa, dianggap salah satu hal
penting yang akan memberikan ciri khusus pada anak kota. Cara, logat dan pilihan kata dalam
berbicara, adalah salah satu dari usaha anak kota untuk membentuk citra tertentu melalui
penampilannya. Maka mereka punya istilah "norak" atau
"kampungan" untuk gaya-gaya tertentu, yang mereka anggap ingin tampak
trendi, namun tidak pantas (dalam bahasa mereka: nggak matching ). Istilah
ini sekaligus menunjukkan bagaimana mereka memandang anak muda di wilayah bukan
kota (untuk
tidak menyebutnya desa) sebagai kelompok yang "lebih rendah"
dibanding mereka.
3. Gaya berpakaian di daerah
pedesaan.
Masyarakat di daerah pedesaan sebagian
kecil yang mengikuti fasion yang telah tren saat ini. Tetapi kebanyakan
masyarakat di daerah pedesaan tidak terlalu mementingkan gaya berpakaian yang telah banyak diminati
oleh banyak masyarakat di daerah perkotaan.
Masyarakat di daerah pedesaan yang ingin mengikuti tren di era modern
ini, kebanyakan banyak yang menggunakan gaya
berpakaian yang berlebihan, jadi menurut masyarakat kota
yang biasa ia katakan “norak ”
Sebagian besar masyarakat di pedesaan apa bila datang ke daerah perkotaan
tidak terlihat bahwa ia berasal dari kampung, itu di karenakan gaya berpakaian mereka
yang sederhana.
Mengapa mereka dapat di katakan bahwa apabila ia datang kedaerah
perkotaan, tidak kelihatan bahwa ia berasal dari daerah pedesaan, itu
dikarenakan masih banyak masyarakat kota yang masih berpakaian
sederhana dan tidak mengikuti tren masa kini.
4.
Tutur bahasa masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan.
Pernah kah anda membandingkan tutur bahasa masyarakat desa dan masyarakat
kota?.
Jika kita melihat dalam tutur bahasa masyarakat kota dan masyarakat desa sangat berbanding
terbalik. Karena masyarakat desa tidak pernah kehilanganakan adat istiadat
ataupun kebiasaan yang mereka sering lakukan sedangkan masyarakat di kota selalu mengikuti gaya bahasa yang banyak orang gunakan seperti
“maching” (cocok). Masyarakat kota sebagian besar merasa kampungan apabila ia
tidak menggunakan bahasa gaul yang mesti di gunakan saat ini.
Kebanyakan orang-orang pula mengatakan bahwa nada berbicara masyarakat kota dan masyarakat desa
berbeda jauh. Masyarakat kota
yang kasar dan masyarakat desa yang halus. Hingga orang-orang pun berkata bahwa
“orang desa kalau marah masih saja
sepeti begitu. “ (halus ) .
B.
Kerangka berfikir
Masyarakat di daerah pedesaan dan masyarakat perkotaan selalu di anggap
berbeda, mulai dari kegiatan (aktivitas), gaya
berpakaian, dan tutur bahasa yang ia gunakan.
Masyarakat pedesaan yang dikenal dengan “modern’ dan masyarakat di
pedesaan yang telah di kenal dengan kata “kampungan”. Dan Ini selalu menjadi
pembicaraan dari sebagian masyarakat. Dan mengapa ini menimbulkan pertanyaan.
Atas perbedaan dari masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan dan masyarakat
yang tinggal di daerah perkotaan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang di gunakan adalah tipe penelitian deksriptif,
karena bertujuan untuk mengetahui perbedaan pola hidup masyarakat pedesaan dan
masyarakat perkotaan dan karena sifat mengembangkan, maka penelitian ini
disebut penelitian mengembangk an.
B. Populasi dan
Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi
dari penelitian ini adalah masyarakat pedesaan dan masyarakat
perkotaan. Yang terdiri dari 50
masyarakat pedesaan dan 50 masyarakat perkotaan.
2. sample
Sampel dari penelitian ini adalah 50 masyarakat pedesaan dan 50
masyarakat
perkotaan.
C.
Lokasi Penelitian
Lokasi
ini dilakukan di daerah pedesaan ( kab. Takalar ) dan di daerah perkotaan
(Asrama Brimob, Jl. Veteran utara.)
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adlah aktivitas,
gaya
berpakaian, tutur bahasa masyarakat
pedesaan
dan masyarakat perkotaan. Data mengenai pendapat masyarakat tentang perbedaan
pola atau gaya
hidup masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan dikumpulkan melalui angket,
yakni cara menyebarkan selebaran yang berisi pernyataan yang kemudian diisi
oleh para responden.
Responden memberikan jawaban secara
tulisan yang berkenan atau sesuai dengan pendapat mereka terhadap perbedaan
masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. Hasil angket kemudian di olah,
sehingga peneliti mendapatkan informasi yang di perlukan sehubungan dengan
tujuan penelitian.
E. Defenisi Operasional
Agar penelitian ini dapat dilaksanakan dilapangan dengan
baik, maka dipandang perlu membuat batasan – batasan secara operasional
mengenai pendapat masyarakat terhadap perbedaan pola atau gaya
hidup masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan yang meliputi prilaku, gaya hidup, karakter
masyarakat di daerah pedesaan, dan karakter di daerah perkotaan.
F. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan dengan
penggunaan angket yang akan di sebarkan untuk mengidentifikasi tentang
perbedaan pola atau gaya
hidup masyarakat di pedesaan dan
masyarakat di perkotaan. Angket ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat
masyarakat terhadap perbedaan pola atau gaya
hidup masyarakat pedesaan dan masyarakat di perkotaan. Angket yang disebarkan
sebanyak 100 rangkap yang berbentuk pernyataan yang akan di jawab oleh
responden sesuai dengan pilhannya, setuju, ragu-ragu, tidak setuju.
G. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan memberi angket, yaitu
kumpulan atau daftar pertanyaan yang akan di ajukan kepada responden untuk
memperoleh data. Data yang terkumpul merupakan skor dari masing-masing
responden. Dari skor tersebut kita dapat
mengetahui perbedaan pola atau gaya
hidup masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan.
H. Teknik Analisis Data
Data yang dimaksudkan berupa skor dari hasil pengisian
angket oleh para responden akan dianalisis dengan menggunakan statistik
deskriptif. Stastik deskriptif yang digunakan adalah presentase dari setiap
pertanyaan. Statistik ini digunakan untuk menggambarkan keadaan sampel atau
untuk mengdeskripsikan responden. Di analisis dengan menggunakan presentase
dengan rumus:
N
S
Ket
: P = Presentase
N = Jumlah responden yang mengembalikan dan setuju,
ragu-ragu, atau tidak
setuju.
S = Jumlah seluruh angket atau responden.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian yang kami lakukan
kepada 100 orang responden, pada no.1 ada 50 orang yang bertempat tinggal di
daerah perkotaan atau ( 50% ). Selain itu, ada 50 orang yang tidak bertempat
tinggal di daerah perkotaan ( 50% ).
Dari hasil penelitian yang kami lakukan kepada 100 responden, pada no.2
ada 50 orang yang bertempat tinggal di daerah pedesaan ( 50% ). Selain itu, ada
50 orang yang tidak bertempat tinggal di daerah pedesaan ( 50% ).
Dari hasil penelitian yang kami
lakukan kepada 100 responden, pada no. 3 ada 77 orang yang senang bertempat
tinggal di daerah pedesaan atau ( 77% ). Selain itu, 16 orang yang tidak senang bertempat tinggal di daerah pedesaan ( 16% ).
Dan adapun, 7 orang yang tidak mengetahui apakah ia senang atau tidak bertempat
tinggal di daerah pedesaan ( 7% ).
Dari hasil penelitian yang kami lakukan kepada 100 responden, pada no.4
ada 51 orang yang senang bertempat tinggal di daerah perkotaan atau ( 51% ).
Selain itu, 42 orang yang tidak senang bertempat tinggal di daerah perkotaan
atau ( 42% ). Dan adapun, 7 orang yang tidak mengetahui apakah ia senang atau
tidak bertempat tinggal di daerah perkotaan
( 7% ).
Dari hasil penelitian yang kami lakukan kepada 100 responden, pada no.5 ada 89 orang yang mempunyai
keluarga di daerah pedesaan dan di
daerah perkotaan atau ( 89% ), selain
itu, ada 10 orang yang tidak mempunyai sama sekali keluarga di daerah pedesaan
dan di daerah perkotaan atau ( 10% ),
adapun 1 orang tidak mengetahui apakah ia mempunyai keluarga di daerah pedesaan
dan di daerah perkotaan ( 1% ).
Dari hasil penelitian yang kami
lakukan kepada 100 responden, pada no.6 ada 31 orang yang mengatakan
bahwa masyarakat di daerah perkotaan berlebihan ( gaya berpakaian, tutur
bahasa, pola hidup sehat, dll.) atau ( 31% ). Selain itu 48 orang yang
mengatakan bahwa masyarakat di daerah perkotaan tidak berlebihan ( biasa-biasa
saja) atau ( 48% ) . Dan adapun 21 orang yang tidak mengetahui apakah masyarakat
di daerah perkotaan berlebihan
atau tidak ( 21% ).
Dari hasil penelitian yang kami
lakukan kepada 100 responden, pada no.7 ada 4 orang yang mengatakan
bahwa masyarakat di daerah pedesaan
berlebihan atau ( 4% ). Selain itu, 83 orang yang mengatakan bahwa
masyarakat di daerah pedesaan tidak
berlebihan ( biasa-biasa saja ) atau
( 83% ).dan adapun 13 orang yang
tidak mengetahui apakah masyarakat di
daerah pedesaan berlebihan atau tidak ( 13% ).
Dari hasil penelitian yang saya lakukan kepada 100 responden, pada no.8
ada 48 orang meyukai gaya
berpakaian masyarakat perkotaan atau ( 48% ). Selain itu 15 0rang yang tidak
mengetahui apakah ia menyukai atau tidak gaya
berpakaian masyarakat perkotaan atau (
15% ) dan ada pun sisanya tidak menyukai gaya
berpakaian masyarakat perkotaan.
Dari hasil penelitian yang saya lakukan kepada 100 responden, pada no.9
ada 56 0rang yang menyukai gaya
berpakaian masyarakat pedesaan atau ( 56% ). Selain itu 30 orang yang tidak
menyukai gaya berpakaian masyarakat pedesaan atau ( 30% ) adapun 14 orang yang
tidak mengetahui apakah ia menyukai atau tidak gaya berpakaian masyarakat di
pedesaan ( 14% ).
Dari hasil penelitian yang saya lakukan kepda 100 responden, pada no.10
ada 35 orang yang selalu ingin menikuti gaya berpakain di era modern ini agar
terlihat lebih indah atau ( 35% ). Selain itu, 42 orang yang tidak ingin
mengikuti gaya
berpakaian di era modern ini, dan ingin berpenmpilan biasa-biasa saja atau (
42% ). Dan adapun 23 orang yang tidak mengetahui apakah ia ingin mengikuti gaya berpakaian di era modern saat ini.
Dari hasil penelitian yang saya lakukan kepada 100 responden, pada no.11
ada 47 orang yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam
kehidupan sehari-harinya atau ( 47% ). Selain itu, 45 orang yang tidak terbiasa
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar atau ( 45% ). Dan adapun 8
orang yang tidak mengetahui apakah dalam kehidupan kesehariannya ia menngunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Dari hasil penelitian yang kami lakukan kepada 100 responden, pada no.12
ada 41 orang yang mengetahui bahasa-bahasa apa saja yang di gunakan pada zama
modern ini atau ( 41% ). Selain itu, 16
orang yang tidak mengetahui apakah ia mengetahui atau tidak bahasa yang
digunakan di era modern saat ini atau ( 16% ). Dan adapun sisanya mengaku tidak
mengetahui bahasa yang di gunakan di era
moden saat ini ( 43% ).
Dari hasil penelitian yang kami lakukan kepada 100 responden, pada no. 13
ada 53 orang yang memiliki pekerjaan atau ( 53% ). Selain itu, 45 orang yang
pengangguran, dan masih sekolah atau ( 45% ), dan ada pun 2 orang tidak
mengetahui apakah ia memiliki pekerjaan
atau tidak ( 2% ).
Dari hasil penelitian yang kami lakukan kepada 100 responden, pada no.14
ada 91 orang yang sarapan pagi sebelum
melakukan aktivitas kesehariannya ( 91% ). selain itu ada 7 orang yang tidak
mengetahui apakah biasanya ia sarapan pagi atau tidak sebelum melakukan
melakukan aktivitas kesehariannya ( 7% ). Dan adapun sisanya mengaku tidak
sarapan pagi sebelum memulai aktivitas kesehatriannya di pagi hari ( 2% ).
Dari hasil penelitian yang kami lakukan kepada 100 responden, pada no.15
ada 64 orang yang mengatakan bahwa seusai aktivitas dipagi hari ia melanjutkan
aktivitasnya yang satunya lagi ( kerja sampingan, olahraga, bimningan
belajar,dll. ) atau ( 64% ). Selain itu, 25 orang yang
tidak melanjutkan setelah aktivitasnya di pagi hari ( istirahat ) atau (
25% ) . Dan adapun 11 orang yang tidak mengetahui apakah ia masih melanjutkan
atau tidak setelah aktivitasnya di pagi hari (11% )
Dari hasil penelitian yang kami lakukan kepada 100 responden, pada no.16
ada 11 orang yang mengaku bahwa di lingkungan atau keluarganya bersifat
otoriter ( 11% ).dan sebaliknya, 80 orang yang mengaku bahwa dilingkungan atau
keluarganya tidak bersifat otoriter atau ( 80% ). Dan adapun 8 orang tidak
mengetahui apakah di lingkungan atau keluarganya bersifat otoriter atau tidak (
8% ).sedangkan 1 orang yang tidak
menjawab pertanyaan tersebut
Dari hasil penelitian yang kami lakukan kepada 100 responden,pada no.17
ada 4 orang yang merasa nyaman dengan
keadaan lingkungan atau keluarga yang bersifat otoriter atau ( 4% ).
Selain itu, 87 orang yang tidak akan merasa nyaman apabila dilingkungan atau keluarga
yang bersifat otoriter atau ( 87% ). Adapun 8 orang tidak mengetahui apakah ia
merasa nyaman atau tidak apabila di lingkungan atau keluarga bersifat otoriter ( 8% ). Sedangkan 1 orang yang tidak
menjawab pertanyaan tersebut.
Dari hasil penelitian yang kami lakukan kepada 100 responden, pada no.18
ada 12 orang yang ingin menerapkan sikap otoriter terhadap dirinya sendiri atau
( 12% ).selain itu, 84 orang yang ingin menerapkan sikap yang modern pada
dirinya atau ( 84% ). Dan adapun 3 orang tidak mengetahui
apakah ia ingin menerapkan sikap otoriter terhadap dirinya sendiri atau tidak (
3% ). Sedangkan 1 orang tidak menjawab pertanyaan tersebut.
Dari hasil penelitian yang kami lakukan kepada 100 responden, pada no.19
ada 52 orang yang mengaku bahwa
masyarakat perkotaan masih memiliki budaya yang masih sering ia lakukan ( 53%
).dan sebaliknya 32 orang yang mengaku bahwa masyarakat kota sudah tidak
memiliki budaya yang sring ia lakukan atau ( 32% ). Dan adapun14 orang tidak
mengetahui apakah masyarakat kota
masih memiliki budaya yang ia sering lakukan ( 14% ). Sedangkan 2 orang tidak
menjawab pertanyaan tersebut .
Dari hasil penelitian yang kami lakukan kepada 100 responden, pada no.20
ada 80 orang yang mengaku bahwa masyarakat pedesaan masih memiliki budaya yang
masih sering ia lakukan ( 80% ). Selain itu, 12 orang yang mengaku bahwa
masyarakat pedesaan sudah tidak memiliki budaya yang sering ia lakukan ( 12%
).adapun 8 orang tidak mengetahui apakah masyarakat pedesaan masih memiliki
budaya yang sering ia lakukan ( 8% ).
Dari hasil penelitian kami lakukan kepada 100 responden, pada no.21 ada
38 orang yang mengaku bahwa sudah banyak masyarakat desa yang mengikuti gaya
hidup masyarakat kota atau (38% ). Selain itu 62 yang mengaku bahwa masih
sdikit masyarakat desa yang mengikuti gaya hidup
masyarakat kota.
B. Hasil Pembahasan
Dari beberapa pertanyaan yang tercantum pada angket, kepada 100 orang
responden Bahwa masyarakat yang tinggal di pedesaan ( 50% ) sedangkan di
perkotaan ( 50% ) . Masyarakat yang menyukai tinggal didaerah di desa ( 77% )
sedangkan yang menyukai tiggal didaerah kota
( 51% ). Masyarakat yang memiliki keluarga didaerah perkotaan dan di daerah
pedesaan ( 89% ).Dan Ada ( 31% ) yang menganggap bahwa masyarakat di daerah
perkotaan dan ( 4% ) masyarakat pedesaan berlebihan (gaya berpakaian, tutur bahasa, dll,). Dan
adapun yang menyukai gaya berpakaian masyarakat didaerah perkotaan ( 48% ),
sedangkan di daerah pedesaan ( 56% ), Masyarakat yang ingin mengikuti gaya
berpakaian di era modern saat ini ( 35% ).Yang Didalam kehidupan sehari-harinya
masyarakat yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar ( 45% ), selain itu yang mengetahui bahasa
yang di gunakan di era modern ini pula ( 41% ). Masyarakat yang memiliki
pekerjaan ( 45% ),masyarakat yang sarapan pagi sebelum melakukan aktivitasnya (
91% ), setelah beraktivitas ( bekerja/sekolah ) dipagi hari, yang melanjutkan
aktitasnya kembali ( kerja sampingan, bimbingan belajar ) ( 64% ). Ada masyarakat yang dilingkungan atau keluarga
yang bersifat otoriter ( 11% ), yang
merasa nyaman dengan sikap otoriter di lingkungan atau keluarganya ( 4% ), dan
adapun yang ingin menerapkan sikap
otoriter di dalam dirinya sendiri ( 12% ). Ada ( 52% )
yang menjawab bahwa masyarakat perkotaan masih memiliki budaya yang
sering ia lakukan, ( 80% )masyarakat di daerah pedesaan yang masih memiliki
budaya yang sering ia lakukan. Selain itu,
masyarakat desa yang banyak mengikuti gaya
hidup masyarakat kota
( 38% ).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang kami diperoleh dapat
disimpulkan bahwa masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan berlebihan ( gaya berpakaian, tutur
bahasa, dll). akan tetapi dari 100 responden lebih banyak yang menyukai gaya berpakaian masyarakat
di pedesaan. Dan sudah banyak masyarakat pedesaan yang mengikuti gaya berpakaian masyarakat
perkotaan . Selain itu, masyarakat didaerah perkotaan dan masyarakat pedesaan
masih banyak yang tidak sarapan pagi sebelum melakukan aktivitasnya di pagi
hari. Dan adapun yang bersifat otoriter di lingkungan atau keluaraga dan ingin
menerapkan sikap otoriter di dalam dirinya sendiri hanya beberapa orang dari masyarakat pedesaan
dan masyarakat Perkotaan.
B.
saran
1. masyarakat
pedesaan yang berlebihan harus mengetahui sampai mana ia harus berpakaian,
bertutur kata, dll. Jangan sampai dari sikap yang berlebihan itu menimbulkan
dampak bagi masyarakat pedesaan yang lain
2. masyarakat
pedesaan tidak usah menggunakan gaya
berpakaian, dan tutur bahasa di era modern saat ini, apabila tidak nyaman
dengan apa yang ia lakukan.
3. sebaiknya
sebelum melakukan aktivitasnya di pagi hari harus menyempatkan sarapan pagi
4. sikap otoriter itu sebenarnya boleh-boleh
saja, karena itu hanyalah jaga- jaga agar tidak dari norma-norma yang berlaku.
Asalkan jangan terlalu berlebihan.