Minggu, 15 Juli 2012

KIR (Karya Ilmiah Remaja) )Perbedaan Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat di Perkotaan


KARYA TULIS ILMIAH
 
PERBEDAAN POLA ATAU GAYA HIDUP
MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN

 
Karya Tulis Disusun
Dan Diajukan Dalam Rangka Tugas Akhir
Mata Pelajaran Muatan Lokal



 

OLEH :
MUSDALIFAH MANDASARI
XI IPS A
DYAH NIMAS HAPSARI
XI IPS A
 

PEMERINTAH KOTA MAKASSAR
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEG. 03 MAKASSAR
2 0 0 9 



BAB I
PENDAHULUAN
 A.   Latar Belakang Masalah
Pola hidup adalah gaya hidup seorang yang sering dilakukan masyarakat dalam satu lingkungannya. Masyarakat di daerah perkotaan memiliki banyak perbedaan dimulai dari gaya berpakaian tutur bahasa dan lain-lainnya.
Jika kita melihat gaya berpakaian masyarakat kota selalu ingin mengikuti seiring perkembangan zaman, tetapi gaya berpakaian di daerah pedesaan berbanding terbalik dengan gaya berpakaian didaerah perkotaan. Seperti itu pula tutur bahasa didaerah pedesaan.
Selaian gaya berpakaian dan tutur kata masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. Akitivitas dan pemfikiran masyarakat perkotaan dan pedesaan memiliki suatu perbedaan mungkin ini pula disebabkan akibat lapangan pekerjaan dan letak dipedesaan yangt tidak strategis. Tetapi apakah masyarakat dipedesaan bisa mengikuti modernisasi masyarakat diperkotaan ?.

 B.  Rumusan masalah : 
1.      apakah perbedaan masyarakat dipedesaan dan masyarakat diperkotaan ?
2.      apakah masyarakat dipedesaan selalu ingin mengikuti gaya hidup dimodernisasi saat ini ?
3.      apakah aktivitas masyarakat pedesaan memiliki persamaan dan perbedaan dendan masyarakat perkotaan ?
 C.   Tujuan  penelitian :
1.mengetahui perbedaan masyarakat dipedesaan dan masyarakat perkotaan.
2.mengetahui sejauh mana masyarakat pedesaan dan perkotaan mengikuti perkembangan zaman .
3.mengetahui perbedaan dan persamaan aktivitas masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan.
                                         
 D.   Manfaat penelitian :
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah ada, maka diharapkan penelitian ini   
dapat bermanfaat :
1.      Bagi siswa :
Siswa dapat menjadikan pembelajaran dan menambah pengetahuan tentang perbedaan pola hidup atau gaya hidup masyarakat pedesaan dan masyarakat diperkotaan.
2.      Bagi guru :
Guru- guru dapat dapat menjadikan bahan pembelajaran tentang perbedaan pola hidup atau gaya hidup masrakat pedesaan dan masyarakat di perkotaan.
3.      Bagi masyarakat :
Masyarakat akan menjadikan sebagai pembanding antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan,


BAB II
KAJIAN TEORI

A.   Keadaan di daerah pedesaan dan di perkotaan
        Kota adalah tempat dimana  pusat dari segala kegiatan ( aktivitas ) yang telah dilakukan oleh manusia , baik di bidang perekonomian, dan di bidang pendidikan. mungkin ini pula diakibatkan di perkotaan adalah tempat yang strategis, mala dari itu lah kota adalah tempat yang sangat ramai.dan sangat berbanding terbalik dengan keadaan di pedesaan.
        Karena kota adalah tempat dari segala kegiatan, maka banyak masyarakat di daerah perkotaan, bertempat tinggal di kota. Masyarakat pedesaan merasa bahwa lapangan pekerjaan di daerah pedesaan sangat sempit dan hanya dapat bertani dan berlayar. Dan proses belajar dan mengajar dipedesaan kurang maju di bandingkan di daerah perkotaan.

 1.   Kebiasaan di daerah perkotaan
 a.   kesehatan  (penyakit) orang perkotaan
        Ternyata masih ada orang kota yang kurang darah (anemia), selain mengalami gangguan jiwa psikosomatis, darah tinggi, kencing manis, lemak darah tinggi, dan tingginya calon penderita kencing manis (prediabetes). Penyebabnya dipicu kesibukan dan kurang berolahraga.
        Apa sikap menyimak seperti itu ?
        Pertama, bahwa kebanyakan orang yang hidup di perkotaan didera oleh sejumlah penyakit yang sebetulnya tidak perlu mereka alami. Kesalahan terjadi karena selain dipicu oleh kondisi lingkungan perkotaan yang spesifik, juga penerapan pola hidup yang kurang sehat. Kedua, bagaimana kondisi itu disiasati agar seminimal mungkin sisa keburukannya berpengaruh terhadap sosok kesehatan
Caranya ?                                          
        Jangan diperbudak oleh waktu. Hampir sebagian orang perkotaan, khususnya Jakarta, tidak sarapan dulu sebelum beraragkat ke tempat kerja. Sebagian bukan saja menunda, melainkan tidak sarapan sampai waktu makan siang.Alasannya tidak cukup waktu, selain kekurangan waktu untuk menyiapkan sarapan pagi. Pulang sudah malam, dan harus berangkat lebih pagi agar tidak terlambat tiba di sekolah atau tempat kerja. Perlu waktu harus mengantar anak sekolah dulu, mempersiapkan yang lain,. sehingga sarapan terkalahkan.Apa arti tidak sarapan? Jika hanya sekali dua kali tidak sarapan mungkin tidak sampai mengganggu. Namun, bila untuk waktu lama orang tidak membiasakan diri sarapan, bukan saja badan kian susut, sel-sel tubuh lama-kelamaan tidak menerima kecukupan nutrisi untuk melakukan fungsinya secara optimal.
Saat bangun tidur pagi hari, perut sudah mengalami masa berpuasa selama hampir 12 jam apabila makan malam pukul 19.00. Bila kondisi perut kosong itu tidak diisi pada waktunya sarapan, kekosongan nutrisi dan energi berlangsung lebih lama
 b.    Sehat perlu niat .
        Pola konsumsi menu restoran dan menu jajanan yang dikonsumsi rata-rata orang perkotaan, juga ikut memicu tingginya asam urat dalam darah, dengan segala akibatnya. Kita tahu asam urat yang tinggi dalam darah selain berpotensi memunculkan encok urat, juga berdampak buruk terhadap kencing manis dan penyakit pembuluh darah yang mungkin sebelumnya sudah di hadapi.
Selain bikin encok, asam urat yang tinggi dalam darah juga berpotensi membentuk "batu urat", sehingga muncul penyakit kencingg batu. Berapa harga yang mesti dibayar kalau operasi baty ginjal?
        Pola makan serba boros lemak, royal gula, serba asin garam dapur, buruk pengaruhnya terhadap tubuh. Rata-rata orang perkotaan yang langganan makan di restoran atau warung makan, cenderung menjadi kelebihan berat badan. Dari penelitian di atas terungkap pula kalau angka asam urat tinggi mereka ternyata seiring dengan peningkatan Berat badan .

 c.     Kebiasaan di daerah pedesaan
Masyarakat pedesaan sama seperti masyarakat perkotaan yang kurang mengerti akan pola hidup yang sehat.sebelum melakukan aktivitasnya di pagi hari ia tidak “sarapan pagi”. padahal masyarakat desa pun tidak dikejar oleh waktu. Bagaimana tidak kalau masyarakat pedesaan hanya bertani. Dan sebagian besar itu adalah usaha yang mereka punya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kalau pun mereka memiliki suatu kegiatan yang sangat mendesak, mereka pasti akan melakukan sarapan pagi, karena sarapan pagi merupakan kebiasaan yang harus dilakukan.

 2.    Gaya berpakaian di daerah perkotaan
        Masyarakat di perkotaan selalu ingin mengikuti perkembangan zaman  di era modernisasi ini. Baik dari yang mudah mau pun yang telah berumur. Sebagian dari orang tua yang bertempat tinggal di daerah perkotaan selalu ingin mengikuti fasion yang telah tren di era modern ini , tetapi masih ada juga orang tua yang tidak terlalu memikirkan model- model berpakaian yang  banyak di minati oleh masyarakat. Saat ini.  Tetapi di kalangan muda selalu ingin mengikuti tren saat ini. Karena mereka takut di katakana kampungan.
a.   Fasion desain majalah
Mempromosikan Kecantikan,  (sejarah )fashion dan Budaya Kota
Urban fashion desain majalah ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan hip-hop keramaian. Fashions ini lahir dari gaya dikenakan oleh Amerika dan rappers hip hop dan gaya ini membawa ke kota pemuda dan budaya Afro Amerika. Yang bernama “gangsta rapperns”
Popularitas perkotaan musik ini sangat berpengaruh dan perkotaan yang sangat luas fashion desain majalah harus menukarkan uang yang besar sapi. Hip hop berasal gaya pakaian di kawasan Bronx New York dikenal sebagai East Coast untuk gaya rap, kemudian branched out ke Los Angeles - West Coast, Chicago (pertengahan barat), Filadelfia, dan East Bay (San Francisco) dan "kotor selatan."
Pada awal tahun 1980-an seperti mode perusahaan besar seperti Nike, Kangol, Le Coq terkait dengan cepat dan Adidas sendiri ke generasi hip-hop melalui olahragawan. Hairstyles seperti Jheri curl dan tinggi atas populer oleh beberapa aktor seperti Will Smith ditambahkan ke mode menggila.
Pada tahun 1990-an seperti fashions dari rap gansta dibawa Dickies, sebuah Fort Worth, Texas perusahaan desain pakaian dalam celana, kaos, dan jaket. Bisbol caps juga dalam rentang tahun 1980-an dan sepanjang tahun 1990-an dengan celana baggy , yang menampilkan pakaian dalam laki-laki di bawah hip hop dan rap seniman.
Walaupun musik tradisional dan bintang Hollywood di mana chic dan classy, dan hip hop rappers seniman telah dibebankan dan kembali ke bumi di bawah pakaian mereka selera dan gaya. Para seniman diaspal jalan untuk anak-anak muda perkotaan dalam gaya berpakaian mereka yang cocok dan tidak orang tua mereka sebelum mereka. Bahkan Hollywood seperti sebagai desainer Issac Mizrahi, yang terinspirasi oleh gerakan hip-hop.
b.   Anak  kota punya gaya
        Media massa dan industri menciptakan "kebutuhan" anak muda demi kepentingan pasar, yang dikampanyekan  sebagai cara bagi anak-anak muda untuk keluar dari identitas yang diinginkan oleh orang tua. Akhirnya budaya anak muda sangat identik dengan penampilan sebagai representasi identitas. Budaya anak muda adalah fesyen, musik dan pesta. Dan tentu, anak-anak muda di kota adalah kelompok yang memiliki akses paling terbuka ke sumber informasi. Mereka memungut informasi di mana saja, dari televisi, majalah, radio bahkan sobekan poster di pinggir jalan. Mereka punya kesempatan untuk memanfaatkan waktu luang di pusat-pusat perbelanjaan, tempat hiburan dan ruang-ruang publik yang memungkinkan mereka untuk melakukan interaksi dan pertukaran informasi.
Anak muda di kota selalu punya cara untuk tampil beda. Meski tidak selalu orisinil, karena banyak mengadopsi gaya selebritis yang mereka lihat di majalah dan televisi, tapi anak kota selalu berusaha untuk terus memperbaharui penampilannya. Yang disebut penampilan, bukan saja apa yang melekat pada tubuh semata, melainkan juga bagaimana keseluruhan "potensi" dalam diri  memungkinkan mereka untuk menampilkan citra diri tertentu. Dan bahasa, dianggap salah satu hal penting yang akan memberikan ciri khusus pada anak kota. Cara, logat dan pilihan kata dalam berbicara, adalah salah satu dari usaha anak kota untuk membentuk citra tertentu melalui penampilannya. Maka mereka punya istilah "norak" atau "kampungan" untuk gaya-gaya tertentu, yang mereka anggap ingin tampak trendi, namun tidak pantas (dalam bahasa mereka: nggak matching ). Istilah ini sekaligus menunjukkan bagaimana mereka memandang anak muda di wilayah bukan kota (untuk tidak menyebutnya desa) sebagai kelompok yang "lebih rendah" dibanding mereka.

3.  Gaya berpakaian di daerah pedesaan.
       Masyarakat di daerah pedesaan sebagian kecil yang mengikuti fasion yang telah tren saat ini. Tetapi kebanyakan masyarakat di daerah pedesaan tidak terlalu mementingkan gaya berpakaian yang telah banyak diminati oleh banyak masyarakat di daerah perkotaan.
Masyarakat di daerah pedesaan yang ingin mengikuti tren di era modern ini, kebanyakan banyak yang menggunakan gaya berpakaian yang berlebihan, jadi menurut masyarakat kota  yang biasa ia katakan “norak ”
Sebagian besar masyarakat di pedesaan apa bila datang ke daerah perkotaan tidak terlihat bahwa ia berasal dari kampung, itu di karenakan gaya berpakaian mereka yang sederhana.
Mengapa mereka dapat di katakan bahwa apabila ia datang kedaerah perkotaan, tidak kelihatan bahwa ia berasal dari daerah pedesaan, itu dikarenakan  masih banyak masyarakat kota yang masih berpakaian sederhana dan tidak mengikuti tren masa kini. 
4.   Tutur bahasa masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan.
Pernah kah anda membandingkan tutur bahasa masyarakat desa dan masyarakat kota?.
Jika kita melihat dalam tutur bahasa masyarakat kota dan masyarakat desa sangat berbanding terbalik. Karena masyarakat desa tidak pernah kehilanganakan adat istiadat ataupun kebiasaan yang mereka sering lakukan sedangkan masyarakat di kota selalu mengikuti gaya bahasa yang banyak orang gunakan seperti “maching” (cocok). Masyarakat kota  sebagian besar merasa kampungan apabila ia tidak menggunakan bahasa gaul yang mesti di gunakan saat ini.
Kebanyakan orang-orang pula mengatakan bahwa nada berbicara masyarakat kota dan masyarakat desa berbeda jauh. Masyarakat kota yang kasar dan masyarakat desa yang halus. Hingga orang-orang pun berkata bahwa “orang desa  kalau marah masih saja sepeti begitu. “ (halus ) .
B.   Kerangka berfikir
Masyarakat di daerah pedesaan dan masyarakat perkotaan selalu di anggap berbeda, mulai dari kegiatan (aktivitas), gaya berpakaian, dan tutur bahasa yang ia gunakan.
Masyarakat pedesaan yang dikenal dengan “modern’ dan masyarakat di pedesaan yang telah di kenal dengan kata “kampungan”. Dan Ini selalu menjadi pembicaraan dari sebagian masyarakat. Dan mengapa ini menimbulkan pertanyaan. Atas perbedaan dari masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan dan masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan. 
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.  Jenis Penelitian
        Jenis penelitian yang di gunakan adalah tipe penelitian deksriptif, karena bertujuan untuk mengetahui perbedaan pola hidup masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan dan karena sifat mengembangkan, maka penelitian ini disebut penelitian mengembangk an.

B.   Populasi dan Sampel Penelitian
1.      Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat pedesaan dan masyarakat   
         perkotaan. Yang terdiri dari 50 masyarakat pedesaan dan 50 masyarakat perkotaan.
2.      sample
Sampel dari penelitian ini adalah 50 masyarakat pedesaan dan 50 masyarakat
         perkotaan.

C.    Lokasi Penelitian
Lokasi ini dilakukan di daerah pedesaan ( kab. Takalar                     ) dan di daerah perkotaan (Asrama Brimob, Jl. Veteran utara.)

D.   Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adlah aktivitas, gaya berpakaian, tutur bahasa masyarakat
pedesaan dan masyarakat perkotaan. Data mengenai pendapat masyarakat tentang perbedaan pola atau gaya hidup masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan dikumpulkan melalui angket, yakni cara menyebarkan selebaran yang berisi pernyataan yang kemudian diisi oleh para responden.
        Responden memberikan jawaban secara tulisan yang berkenan atau sesuai dengan pendapat mereka terhadap perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. Hasil angket kemudian di olah, sehingga peneliti mendapatkan informasi yang di perlukan sehubungan dengan tujuan penelitian.

E.    Defenisi Operasional
Agar penelitian ini dapat dilaksanakan dilapangan dengan baik, maka dipandang perlu membuat batasan – batasan secara operasional mengenai pendapat masyarakat terhadap perbedaan pola atau gaya hidup masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan yang meliputi prilaku, gaya hidup, karakter masyarakat di daerah pedesaan, dan karakter di daerah perkotaan.

F.      Instrumen Penelitian
Pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan dengan penggunaan angket yang akan di sebarkan untuk mengidentifikasi tentang perbedaan pola atau gaya hidup  masyarakat di pedesaan dan masyarakat di perkotaan. Angket ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat masyarakat terhadap perbedaan pola atau gaya hidup masyarakat pedesaan dan masyarakat di perkotaan. Angket yang disebarkan sebanyak 100 rangkap yang berbentuk pernyataan yang akan di jawab oleh responden sesuai dengan pilhannya, setuju, ragu-ragu, tidak setuju.

G.    Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan memberi angket, yaitu kumpulan atau daftar pertanyaan yang akan di ajukan kepada responden untuk memperoleh data. Data yang terkumpul merupakan skor dari masing-masing responden. Dari skor tersebut kita dapat  mengetahui perbedaan pola atau gaya hidup masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. 

H.     Teknik Analisis Data
Data yang dimaksudkan berupa skor dari hasil pengisian angket oleh para responden akan dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Stastik deskriptif yang digunakan adalah presentase dari setiap pertanyaan. Statistik ini digunakan untuk menggambarkan keadaan sampel atau untuk mengdeskripsikan responden. Di analisis dengan menggunakan presentase dengan rumus:
             N                                     
             S  
Ket :  P = Presentase
N = Jumlah responden yang mengembalikan dan setuju, ragu-ragu, atau tidak 
setuju.
S = Jumlah seluruh angket atau responden.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil Penelitian


        Dari hasil penelitian yang kami lakukan kepada 100 orang responden, pada no.1 ada 50 orang yang bertempat tinggal di daerah perkotaan atau ( 50% ). Selain itu, ada 50 orang yang tidak bertempat tinggal di daerah perkotaan ( 50% ).
Dari hasil penelitian yang kami lakukan kepada 100 responden, pada no.2 ada 50 orang yang bertempat tinggal di daerah pedesaan ( 50% ). Selain itu, ada 50 orang yang tidak bertempat tinggal di daerah pedesaan ( 50% ).
Dari hasil penelitian  yang kami lakukan kepada 100 responden, pada no. 3 ada 77 orang yang senang bertempat tinggal di daerah pedesaan atau ( 77% ). Selain itu, 16 orang yang tidak senang  bertempat tinggal di daerah pedesaan ( 16% ). Dan adapun, 7 orang yang tidak mengetahui apakah ia senang atau tidak bertempat tinggal di daerah pedesaan ( 7% ).
Dari hasil penelitian yang kami lakukan kepada 100 responden, pada no.4 ada 51 orang yang senang bertempat tinggal di daerah perkotaan atau ( 51% ). Selain itu, 42 orang yang tidak senang bertempat tinggal di daerah perkotaan atau ( 42% ). Dan adapun, 7 orang yang tidak mengetahui apakah ia senang atau tidak bertempat tinggal di daerah perkotaan  ( 7% ).

Dari hasil penelitian yang kami lakukan kepada 100 responden,  pada no.5 ada 89 orang yang mempunyai keluarga  di daerah pedesaan dan di daerah perkotaan  atau ( 89% ), selain itu, ada 10 orang yang tidak mempunyai sama sekali keluarga di daerah pedesaan dan di daerah perkotaan  atau ( 10% ), adapun 1 orang tidak mengetahui apakah ia mempunyai keluarga di daerah pedesaan dan di daerah perkotaan ( 1% ).
Dari hasil penelitian yang kami  lakukan kepada 100 responden, pada no.6 ada 31 orang yang mengatakan bahwa masyarakat di daerah perkotaan berlebihan ( gaya berpakaian, tutur bahasa, pola hidup sehat, dll.) atau ( 31% ). Selain itu 48 orang yang mengatakan bahwa masyarakat di daerah perkotaan tidak berlebihan ( biasa-biasa saja) atau ( 48% ) . Dan adapun 21 orang yang tidak mengetahui apakah  masyarakat  di daerah   perkotaan berlebihan atau tidak ( 21% ). 
Dari hasil penelitian yang kami  lakukan kepada 100 responden, pada no.7 ada 4 orang yang mengatakan bahwa masyarakat  di daerah pedesaan berlebihan atau ( 4% ). Selain itu, 83 orang yang mengatakan bahwa masyarakat  di daerah pedesaan tidak berlebihan ( biasa-biasa saja ) atau  (  83% ).dan adapun 13 orang yang tidak mengetahui apakah masyarakat  di daerah pedesaan berlebihan atau tidak ( 13% ).
Dari hasil penelitian yang saya lakukan kepada 100 responden, pada no.8 ada 48 orang meyukai gaya berpakaian masyarakat perkotaan atau ( 48% ). Selain itu 15 0rang yang tidak mengetahui apakah ia menyukai atau tidak gaya berpakaian masyarakat perkotaan atau  ( 15% ) dan ada pun sisanya tidak menyukai gaya berpakaian masyarakat perkotaan.

Dari hasil penelitian yang saya lakukan kepada 100 responden, pada no.9 ada 56 0rang yang menyukai gaya berpakaian masyarakat pedesaan atau ( 56% ). Selain itu 30 orang yang tidak menyukai gaya berpakaian masyarakat pedesaan atau ( 30% ) adapun 14 orang yang tidak mengetahui apakah ia menyukai atau tidak gaya berpakaian masyarakat di pedesaan ( 14% ).
Dari hasil penelitian yang saya lakukan kepda 100 responden, pada no.10 ada 35 orang yang selalu ingin menikuti gaya berpakain di era modern ini agar terlihat lebih indah atau ( 35% ). Selain itu, 42 orang yang tidak ingin mengikuti gaya berpakaian di era modern ini, dan ingin berpenmpilan biasa-biasa saja atau ( 42% ). Dan adapun 23 orang yang tidak mengetahui  apakah ia ingin mengikuti gaya berpakaian di era modern saat ini.
Dari hasil penelitian yang saya lakukan kepada 100 responden, pada no.11 ada 47 orang yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-harinya atau ( 47% ). Selain itu, 45 orang yang tidak terbiasa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar atau ( 45% ). Dan adapun 8 orang yang tidak mengetahui apakah dalam kehidupan kesehariannya ia menngunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Dari hasil penelitian yang kami lakukan kepada 100 responden, pada no.12 ada 41 orang yang mengetahui bahasa-bahasa apa saja yang di gunakan pada zama modern ini atau  ( 41% ). Selain itu, 16 orang yang tidak mengetahui apakah ia mengetahui atau tidak bahasa yang digunakan di era modern saat ini atau ( 16% ). Dan adapun sisanya mengaku tidak mengetahui bahasa yang di gunakan  di era moden saat ini  ( 43% ).

Dari hasil penelitian yang kami lakukan kepada 100 responden, pada no. 13 ada 53 orang yang memiliki pekerjaan atau ( 53% ). Selain itu, 45 orang yang pengangguran, dan masih sekolah atau ( 45% ), dan ada pun 2 orang tidak mengetahui apakah  ia memiliki pekerjaan atau tidak ( 2% ).
Dari hasil penelitian yang kami lakukan kepada 100 responden, pada no.14 ada 91 orang  yang sarapan pagi sebelum melakukan aktivitas kesehariannya ( 91% ). selain itu ada 7 orang yang tidak mengetahui apakah biasanya ia sarapan pagi atau tidak sebelum melakukan melakukan aktivitas kesehariannya ( 7% ). Dan adapun sisanya mengaku tidak sarapan pagi sebelum memulai aktivitas kesehatriannya di pagi hari ( 2% ).   
Dari hasil penelitian yang kami lakukan kepada 100 responden, pada no.15 ada 64 orang yang mengatakan bahwa seusai aktivitas dipagi hari ia melanjutkan aktivitasnya yang satunya lagi ( kerja sampingan, olahraga, bimningan belajar,dll. ) atau ( 64% ). Selain itu, 25 orang  yang  tidak melanjutkan setelah aktivitasnya di pagi hari ( istirahat ) atau ( 25% ) . Dan adapun 11 orang yang tidak mengetahui apakah ia masih melanjutkan atau tidak setelah aktivitasnya di pagi hari (11% )
Dari hasil penelitian yang kami lakukan kepada 100 responden, pada no.16 ada 11 orang yang mengaku bahwa di lingkungan atau keluarganya bersifat otoriter ( 11% ).dan sebaliknya, 80 orang yang mengaku bahwa dilingkungan atau keluarganya tidak bersifat otoriter atau ( 80% ). Dan adapun 8 orang tidak mengetahui apakah di lingkungan atau keluarganya bersifat otoriter atau tidak ( 8% ).sedangkan  1 orang yang tidak menjawab pertanyaan tersebut
Dari hasil penelitian yang kami lakukan kepada 100 responden,pada no.17 ada 4 orang yang merasa nyaman dengan  keadaan lingkungan atau keluarga yang bersifat otoriter atau ( 4% ). Selain itu, 87 orang yang tidak akan merasa nyaman apabila dilingkungan atau keluarga yang bersifat otoriter atau ( 87% ). Adapun 8 orang tidak mengetahui apakah ia merasa nyaman atau tidak apabila di lingkungan atau keluarga bersifat  otoriter ( 8% ). Sedangkan 1 orang yang tidak menjawab pertanyaan tersebut.
Dari hasil penelitian yang kami lakukan kepada 100 responden, pada no.18 ada 12 orang yang ingin menerapkan sikap otoriter terhadap dirinya sendiri atau ( 12% ).selain itu, 84 orang yang ingin menerapkan sikap yang modern pada dirinya  atau  ( 84% ). Dan adapun 3 orang tidak mengetahui apakah ia ingin menerapkan sikap otoriter terhadap dirinya sendiri atau tidak ( 3% ). Sedangkan 1 orang tidak menjawab pertanyaan tersebut.
Dari hasil penelitian yang kami lakukan kepada 100 responden, pada no.19 ada 52 orang  yang mengaku bahwa masyarakat perkotaan masih memiliki budaya yang masih sering ia lakukan ( 53% ).dan sebaliknya 32 orang yang mengaku bahwa masyarakat kota sudah tidak memiliki budaya yang sring ia lakukan atau ( 32% ). Dan adapun14 orang tidak mengetahui apakah masyarakat kota masih memiliki budaya yang ia sering lakukan ( 14% ). Sedangkan 2 orang tidak menjawab pertanyaan tersebut .
Dari hasil penelitian yang kami lakukan kepada 100 responden, pada no.20 ada 80 orang yang mengaku bahwa masyarakat pedesaan masih memiliki budaya yang masih sering ia lakukan ( 80% ). Selain itu, 12 orang yang mengaku bahwa masyarakat pedesaan sudah tidak memiliki budaya yang sering ia lakukan ( 12% ).adapun 8 orang tidak mengetahui apakah masyarakat pedesaan masih memiliki budaya yang sering ia lakukan ( 8% ).

Dari hasil penelitian kami lakukan kepada 100 responden, pada no.21 ada 38 orang yang mengaku bahwa sudah banyak masyarakat desa yang mengikuti gaya hidup masyarakat kota atau (38% ). Selain itu 62 yang mengaku bahwa masih sdikit masyarakat desa yang mengikuti gaya hidup masyarakat kota.  

B.    Hasil Pembahasan 
Dari beberapa pertanyaan yang tercantum pada angket, kepada 100 orang responden Bahwa masyarakat yang tinggal di pedesaan ( 50% ) sedangkan di perkotaan ( 50% ) . Masyarakat yang menyukai tinggal didaerah di desa ( 77% ) sedangkan yang menyukai tiggal didaerah kota ( 51% ). Masyarakat yang memiliki keluarga didaerah perkotaan dan di daerah pedesaan ( 89% ).Dan Ada ( 31% ) yang menganggap bahwa masyarakat di daerah perkotaan dan ( 4% ) masyarakat pedesaan berlebihan  (gaya berpakaian, tutur bahasa, dll,). Dan adapun yang menyukai gaya berpakaian masyarakat didaerah perkotaan ( 48% ), sedangkan di daerah pedesaan ( 56% ), Masyarakat yang ingin mengikuti gaya berpakaian di era modern saat ini ( 35% ).Yang Didalam kehidupan sehari-harinya masyarakat yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar  ( 45% ), selain itu yang mengetahui bahasa yang di gunakan di era modern ini pula ( 41% ). Masyarakat yang memiliki pekerjaan ( 45% ),masyarakat yang sarapan pagi sebelum melakukan aktivitasnya ( 91% ), setelah beraktivitas ( bekerja/sekolah ) dipagi hari, yang melanjutkan aktitasnya kembali ( kerja sampingan, bimbingan belajar ) ( 64% ). Ada  masyarakat yang dilingkungan atau keluarga yang bersifat otoriter (  11% ), yang merasa nyaman dengan sikap otoriter di lingkungan atau keluarganya ( 4% ), dan adapun  yang ingin menerapkan sikap otoriter di dalam dirinya sendiri ( 12% ). Ada ( 52% )  yang menjawab bahwa masyarakat perkotaan masih memiliki budaya yang sering ia lakukan, ( 80% )masyarakat di daerah pedesaan yang masih memiliki budaya yang sering ia lakukan. Selain itu,  masyarakat desa yang banyak mengikuti gaya hidup masyarakat kota (  38% ).
  
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.  Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang kami diperoleh dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan berlebihan ( gaya berpakaian, tutur bahasa, dll). akan tetapi dari 100 responden lebih banyak yang menyukai gaya berpakaian masyarakat di pedesaan. Dan sudah banyak masyarakat pedesaan yang mengikuti gaya berpakaian masyarakat perkotaan . Selain itu, masyarakat didaerah perkotaan dan masyarakat pedesaan masih banyak yang tidak sarapan pagi sebelum melakukan aktivitasnya di pagi hari. Dan adapun yang bersifat otoriter di lingkungan atau keluaraga dan ingin menerapkan sikap otoriter di dalam dirinya sendiri  hanya beberapa orang dari masyarakat pedesaan dan masyarakat Perkotaan.  

B.   saran
1.     masyarakat pedesaan yang berlebihan harus mengetahui sampai mana ia harus berpakaian, bertutur kata, dll. Jangan sampai dari sikap yang berlebihan itu menimbulkan dampak bagi masyarakat pedesaan yang lain
2.     masyarakat pedesaan tidak usah menggunakan gaya berpakaian, dan tutur bahasa di era modern saat ini, apabila tidak nyaman dengan apa yang ia lakukan.
3.     sebaiknya sebelum melakukan aktivitasnya di pagi hari harus menyempatkan sarapan pagi
4.      sikap otoriter itu sebenarnya boleh-boleh saja, karena itu hanyalah jaga- jaga agar tidak dari norma-norma yang berlaku. Asalkan jangan terlalu berlebihan.




























  










Jumat, 30 Maret 2012

cerita

30.3.2012
ada hal yang tidak pernah terfikirkan dari dulu, dari fikiran ku. ada hal yang dapat membuat saya masih berfikir, mengapa dia ? mengapa dia yang ku pilih, sedangkan banyak opsi yang masih dapat kupilih.
jika ingin yang lebih baik di mata orang.
tapi dialah pilihan ku :D
entahlah,,,,
terkadang saya selalu berfiikir untuk ingin menghindar, tapi apa yang terjadi ? ketidakmampuan. dia terlanjur memikat saya.  terlalu banyak yang saya inginkan ada pada dirinya, walaupun itu ada prinsip yang harus saya jatuh. sesungguhnya ini tak mudah, tapi saya pun heran ! mengapa ada keikhlasan untuk keruntuhan sikapku.

Minggu, 25 Maret 2012

entahlah >>>>>>

sabtu 24/3/2012
ada halyang membuat saya muak, tak mampu ku tata baik untuk saya katakan, tapi pasti akan terbata-bata.
maka kubuatkan hanya lewat tulisan ini !!!!


apa yang harus saya lakukan ?
apa yang harus saya  katakan ?
karena ada ketakutan yang membadai
akan tiba ke jasad ku.
    ku hempaskan pedang ku.
    karena tak ingin menyakiti.
    tapi akhirnya akan menyakiti.
    karena ada cinta yang lain
singkat, dan tak terduga
datang ke segumpal daging perasa ini.
hingga terjadi perputaran otak
tetapi yang tlah datang tak mampu ku  ingkari.
    ketulusan,
    tlahku balas dengan panggung sandiwara
    kekcewaan mu mungkin sangatlah tinggi
    karena harapan kosong yang ku berikan
tak akan kuulangi lagi
aku jera
sungguh aku mencintainya (x) ....
dan maaf atas sikapku (y) ...
{ BETAPA JAHATNYA DIRI KU :'( }


cintaku datang
cintaku pergi
tak pernah menguras hati,
tapi meguras otakku
     tapi kali ini
     berbeda, berbeda dari biasanya
     cinta sekaligus datang kepadaku
     bagaikan tergenang dan terdampar dilautan lepas

ingin memiliki semuanya
dan takingin kehilangan
tapi akan menyakitkan
karena ini sulit bagiku
     keegoisan ku tlah terkubur
    dengan tak memiliki semuanya
    karena akan saling menyakiti
   dan setuulus bentuk cintaku terhadap kalian